Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Sepertinya..

Banyak yang mempersiapkan pertemuan, tapi lupa mempersiapkan perpisahan. Kita semua fasih menafsirkan seperti apa rasanya pertama kali bertemu, tapi kelu saat harus memutuskan berpisah. Ada yang sampai tak mampu bertemu, karna ingin membicarakan perpisahan. Dengan saksi meja makan &makanan yang basa basi kita pesan. Agar saat air mata mulai turun ketika melihat matamu, mataku langsung melihat ke arah makanan, berusaha memakannya, meski sebenarnya bernafaspun sesak. Kita semua siap jatuh cinta, tapi tak pernah siap-siap untuk patah hati. Kita semua hanya tahu merah jambu, lupa warna abu yg kelabu. Kita semua. Ya, kita Semua. Terlalu cepat rasanya bertemu, tapi lebih terlalu cepat rasanya mengetahui kita akan berpisah. Ruang yang beda, meski waktu yang terlampau jauh berbeda. Atas segala tawa, canda, hingga air mata. Baju putih malam ini jadi saksi kita. Betapapun saat ingin berpisah, kita tetap mencoba senada dalam warna. Ada pertemuan, ada perpisahan. Just le

just waiting.

benar ternyata. hidup ini hanya perkara menunggu. menunggu pagi setelah malam menyelimuti, menunggu maghrib setelah ashar, menunggu pergi setelah kembali, menunggu apapun itu; make sure it worth it to be waited. seperti aku yang menunggu kamu, meski tak kau bilang akan kembali lagi. aku tetap menanti hari-hari kamu kembali. dari semua keriuhan hari-harimu disana, yang tak lagi ku ketahui. apa kamu tau apa yang lebih menyebalkan dari tidur yang diganggu? adalah menunggu, terlebih menunggu kamu. jika cinta itu sudah menjadi tabu, lalu apa lagi yang seharusnya ku harapkan darimu? bukankah jelas? setiap hari kita hanya menumbuhkan luka dan menghancurkan bibit-bibit bahagia. kita tak lagi sama, aku dengan duniamu, dan kaupun begitu. menunggu. apabila menunggu adalah tabu, sudah berapa dosa yang aku lakukan demi kamu? apabila mencintai adalah hutang, sudah berapa miskinnya diriku ini, demi kamu? apabila mencintai adalah benci, sudah berapa gunung api yang meletup-letup tak berdaya m

Belajar (lagi)

Bulan ini sudah memasuki bulan yang seharusnya menjadi musim hujan. basah dan kehujanan pasti aku alami. maklum, aku bukan naik mobil, tapi naik motor. cukup motor. but it doesnt matter . setelah ke suatu tempat, dengan sedikit nyasar, dan datang ke tempat 5 menit sebelum telat, aku bersyukur Tuhan masih memberiku kesempatan untuk tetap tepat waktu, dengan predikat hampir  telat. sepulang dari tempat itu, aku berkunjung ke rumah teman lamaku. hasilnya, banyak sekali pelajaran dan makna disana dan tempat lain yang kami kunjungi. Ternyata, aku sudah lama tidak melihat tanah kosong, aku bahagia melihat kandang ayam, aku senang melihat hiruk pikuk kota, ojek online, ibu-ibu mencuci piring, dinginnya kota, berisiknya anak-anak. aku bahagia melihat tiap sudut kota secara abstrak. banyak makna, tapi kita kadang lupa. banyak tawa yang kita lewatkan begitu saja, karena berfokus pada luka.  malam ini, malam dan dingin kota ku menjadi lebih indah dan bermakna. apa sudah sangat lama aku m

cinta

semakin aku mencari cinta, aku semakin tak mengerti. cinta yang terlihat rumit, ternyata sederhana. yang terlihat sederhana, ternyata tak sesederhana itu. pernah aku berfikir cinta itu hubungan take and give. harus memberi sebanyak kita menerima, atau menerima sebanyak hasil pemberian kita. tapi tunggu dulu. ini cinta, bukan jual beli. terkadang banyak cinta yang kadarnya tak sama. hanya saja, kita tak tau kadar cinta siapa yang sebenarnya lebih banyak di antara kita. perihal cinta, adalah cinta, bukan judi, bukan jual beli, bukan pula barter.  salah satu bagian terumit dalam mencintai adalah berharap. upaya kita kadang merasa sudah besar, sudah totalitas. dan bertanya, mengapa aku hanya mendapat seperti ini? mengapa banyaknya cintaku dibalas cinta sekedarnya olehmu? padahal, bisa jadi. cinta sekedarnya itu adalah cinta terbaik yang bisa ia berikan. sehingga yang hadir adalah harapan-harapan semu, tak jarang harapan itu tak memiliki titik temu. kecewa? itulah akhirnya.  semakin

Sepertimu.

Aku ingin belajar untuk menjadi sepertimu. Kamu yang pandai menyembunyikan semua luka-luka itu. Memecah kemarahan-kemarahan itu. Aku ingin belajar sepertimu. Pandai mengaduk banyak luka dengan lebih banyak kesabaran. Hingga yang terlihat bukanlah derita-derita. Tapi semua yang terlihat baik-baik saja. Menjadi kamu mungkin atau aku yakin tidak mudah. Berusaha biasa saja, saat semua penuh amarah di dada. Kamu menebar benih-benih kedewasaan yang kau kuatkan untuk dirimu sendiri. Mencari terangmu sendiri. Kembali menguatkan langkah kaki saat tempat yang kau tuju hanya memberi kekecewaan. Mungkin menyerah pada keadaan bukanlah tabiatmu meskipun yang ku sesalkan adalah usahamu. Namun hal-hal yang terus kamu lakukan untuk tetap berjalan dan tak menoleh ke belakang adalah sebuah cara isitimewa namun terdapat banyak luka dalam prosesnya. Namun, aku ingin menjadi sepertimu. Berjalan terus karna luka adalah caramu menuju lupa. Karna cinta bukanlah hal sederhana, karna kamu bukanlah pria biasa

Terbaik Tapi Terpisah

Salah satu hal sederhana dalam pengucapan namun sulit dalam penerapan adalah "yang terbaik dilihat  orang lain belum tentu baik pula untuk kita." aku sering memilih A, B, C , dan seterusnya karena menurutku itu baik untuk ku dapatkan, baik untuk ku jalani, baik pula untuk ku miliki. Hingga berbagai upaya dilakukan agar mendapatkan yang "terbaik" itu.  Terbaik. Ya, sungguh subjektif sekali kita sebagai manusia. Tahu apa sebenarnya dengan ukuran baik dan buruk jika tak berdasarkan perintah Tuhan? Tapi Tuhan memang Maha Baik, tak semua yang kita anggap baik, meski sudah diperjuangkan siang-malam, jatuh-bangun, tetap tidak bisa kita dapatkan atau sekedar menggenggam walau sebentar. Mungkin karna Tuhan sebenarnya  benar-benar tak mau sesuatu yang buruk menimpa kita di masa depan karena kita pernah menggenggam kenangan itu. Begitu saja k husnudzon nya :) Termasuk dalam hal hubungan. Berapa ribu kali kita menyaksikan sendiri, atau mungkin juga adalah diri kita

untitled

jika kau fikir aku melupakanmu,  jika kau fikir aku adalah aku yang baru jika kau fikir aku adalah mengizinkanmu berlalu maka tidak tidak mungkin aku melupakan seseorang yang lama singgah untukku berlalu dari dirimu, aku tak mampu jika kau fikir ini gurauan ini hanya kata kata semu ini hanya kamuflase dari masa lalu aku  tak peduli apa peduli ku tentang apa-apa yang bukan aku sayang aku menunggumu aku menantimu aku pernah marah, tapi sudah berlalu aku rindu, tapi tak temu aku pernah berharapmu sesuatu tapi tak pernah ku tuju saat ini, maukah kau menungguku setidaknya sampai semua ini selesai?

Perbincangan

Hal yang aku sukai sungguh sederhana. Aku sangat menyukai perbincangan 4 mata. Aku sangat menyukai perbincangan apa saja, asal 4 mata, asal denganmu. Menurutku, berbincang menjadi hal penting. Menjadi hal yang seharusnya setiap hari dilakukan. Sebab,ketika tua tak ada yang bisa kita berdua lakukan kecuali berbincang. Aku dan kamu. Berbincang di peraduan senja rumah kita nanti. Indah bukan? Perbincangan yang sempurna adalah berbincang dengan seseorang tentang apa saja dan dimana saja. Sehingga, ketika terjadi pertikaian, yang akan kita lakukan adalah berbincang, bukan saling diam, apalagi saling menyakiti hati; dengan saling diam. Dengan berbincang, kita saling mengetahui sudut pandang kehidupan, saling terbuka dengan rasa dan cinta yang ada, saling menghargai pendapat, dan terpenting, menambah rasa sayang dan cinta kita. Bukankah telah banyak bukti bahwa cinta bisa tumbuh dari tingginya intensitas perbincangan? Dan salah satu perbincangan yang aku sukai dari kita adalah perbinca

Rindu

Rindu itu jahat. Semakin aku mengejar lupa, ia malah semakin besar tak terhingga. Semakin aku berlari ke arah lain, ia menyeretku lebih dalam dari sebelumnya. Tempatku, tempatmu, tempat kita berada ternyata menjadi tempat terindah yang pernah aku kunjungi. meski hanya hitungan mili, meski hanya tak jauh dari senti, namun perjalanan yang tak jauh itu, membuatku teringat selalu. candamu, tawamu, suaramu, ya, semuanya itu. Rindu itu jahat. Ia hanya tahu kemana membawa perasaan pilu, tanpa mau tau bagaimana perasaanku. ia pergi dan hinggap, lalu sesukanya menenggalamkan memori demi memori yang dulu pernah kita berdua bagi. Jahat bukan? Rindu itu candu. tak pernah mau berlalu sebelum bertemu. semakin besar menahan rindu, justru ia semakin memburu. bagai air yang terus dituang ke cangkir, rindu lama lama luber juga. tumpah, entah siapa yang akan terkena riak tumpahannya, yang pasti rindu se-candu itu. tiap temu pun rasanya sama saja, malah menumpuk rindu di waktu waktu yang akan juga ber

bila saat nanti

sudahlah, jangan kau pertanyakan perasaanku. aku yang akan melihat perasaanmu. perasaanmu kelak jatuh cinta pada wanita yang baru, kelak memiliki kebahagiaan baru, menyetujui semua pesan alam bahwa kita takkan bersatu. aku sedang mencoba mempercayai semua kisah kelabuku. kamu? kamu teruslah melangkah, dengan bahagia. aku tahu, pasti berat bagimu meninggalkan (dengan paksa) sesuatu yang (awalnya) tak ingin kamu lepaskan. merelakan semua yang kau fikir kan abadi, nyatanya menjadi satu ironi. bukankah mimpi kita sama? hanya saja jalannya tak senada.  ternyata, aku yang lebih payah. masih saja mengais-ngais waktu lalu. sedang kau tengah sekuat tenaga berlalu dariku. tak perlu, tak perlu aku tau lagi semua kisahmu, kan? ternyata tak semudah itu. ternyata tetap saja sakit. ternyata, harus ku alami lagi perpisahan ini.  satu-satunya jalanmu adalah melupakan dan lari sejauh yang kau kampu, dan satu-satunya jalanku adalah..............mencari kemana kau berlari. bila suatu saat nanti

mencoba

Semakin hari, aku semakin takut melihatmu. aku semakin kalut jika tak sengaja kita harus bertemu. aku lalu membuat persembunyian-persembunyian dibalik-senyum-bahagiaku. berat sekali rasanya meyakinkan diriku bahwa kamu telah membenciku, atau setidaknya menganggap ku telah menjadi luka masa lalu mu. Dengan aku yang mencoba kuat, aku sedang berusaha berhenti mengais-ais masa lalu kita yang -pernah- indah. persembunyian ku adalah bercanda dengan teman-teman ku. teman-teman yang tidak pernah benar-benar tau apa yang aku rasakan. sehingga ketika aku tertawa, mereka menganggap aku benar-benar tertawa. semudah itu berpura-pura bahagia. Semudah itu? tidak. ternyata tidak. menurutku lebih mudah berpura-pura bersedih meski sebenarnya tengah bahagia. Aku hanya perlu sedikit menutup mata dan mulutku agar tak terlihat senyumku. semudah itu saja. Tapi aku? benar ternyata, pura-pura bahagia perlu banyak tenaga. Kalaupun aku cerita pada sejuta manusia, tak ada yang bisa memahami  posisi ini. Baga

Akhir-kah?

Kita berseteru perihal mencintai. Kita sama sama keras merasa lebih mencintai daripada dicintai. Kita Lupa, mencintai harusnya tak se-pamrih itu. Pada akhirnya, perseteruan perihal lebih mencintai menenggelamkan arti Cinta itu sendiri Saat ini, akibat "lebih mencintai" Kita masing2 menjadi sosok yang angkuh. Tak mengakui kelemahan pasangan dan menyakiti pada akhirnya. Kita adalah prahara Cinta yang berujung luka. Semua terasa (telah) Kita perjuangkan. Meski sebenernya dalam perjuangan Cinta tak ada yang sederhana. Cinta selalu rumit dan tiap kisah Cinta memiliki kerumitannya sendiri. Dan Kita? Berseteru seakan tak pernah saling melembutkan nada. Kita beradu Cinta terbesar seakan hanya Kita yang pantas mendapatkan pengakuan, tanpa perlu berusaha. Cinta; yang kau bilang sederhana, nyatanya tak seperti itu. Hingga akhirnya Kini cinta itulah yang mematikan komunikasi Kita. Atas dassr berpisah, ya berpisah lah sudah. Tak ada lagi hangat sapa mu, tutur lembut tawa mu, kece

Pada akhirnya

Pada akhirnya Aku kembali pulang Menghirup udara dimana aku beranjak remaja Jauh dekat telah ku tapaki Segala kerinduan nyatanya tumpah rush disini Sumpah persahabatan, cinta, rasa dan setia Meski pada akhirnya aku pergi Akhirnya aku hilang Akhirnya aku "meninggalkanmu" Perih ternyata Aku pergi dan masih saja merasakan rindu Aku yg memutuskan namun tetap saja perih ini ku rasa Perih karna kebodohan ku, perih karna kita yg ku buat sendiri. Aku pulang. Kembali ke tapakkkan awal kehidupan Berlari atau merangkak Sejauh apapun keindahan kota disana Disini, nampaknya selalu lebih indah. Selalu lebih membuatku merasakan rindu yg sebenarnya. Pulang. Aku pulang. Aku rindu kau. Maka aku pulang. 25/11/16

berada di satu pijakan

Satu-satunya kehendak Tuhan yang patut aku syukuri adalah Tuhan menghadirkan kau di hidupku. Tuhan mempersilahkan kau mengenalku lebih jauh dan lebih lama. aku tak pernah tau bagaimana skenario Tuhan bekerja, namun saat ini tak ada yang ku dustakan selain mencoba mengenalmu lebih baik lagi. jika kau terlahir dengan harta yang berlimpah, sungguh aku lebih menginginkan kekayaan hatimu. yang dengannya akan terlahir berjuta keping kebahagiaan bagi orang lain. aku tak ingin sekedar harta mu membawa mu pada jiwa yang angkuh dan tak memiliki empati yang tinggi. jika kau terlahir dengan ketampanan, apalah artinya. kau hanya akan memiliki nya di akhir umur mu yang 30. selebihnya ketampanan jiwa mu yang akan menghiasi hari demi hari kita. kita tak akan lagi bergantung pada rupa yang semu, aku akan bertahan karena hatimu, kau pun begitu. pahami lah, aku tak terlalu mempermsalahkan rupa dan bentukmu, karena aku akan lebih bangga bersanding dengan yang berhati tampan, bukan paras semata. keta

Berkunjung

Berkunjung ke Rumah mu seperti menjelajahi organ tubuhmu Aku meliuk memahami kepala hingga kaki mu Mencoba mengerti tiap inci kehidupan mu sebelum mengenal aku Berkunjung ke Rumah mu, Aku melihat ayah mu sebagai kepala yang mengisi kebijaksanaanmu Juga otot tempat mu belajar berjuang untuk keluarga Berkunjung ke rumah mu, Aku melihat ibu mu seperti hati yang suci Guru kesabaran dan riuhan doa tanpa pamrih Juga, keikhlasan sepanjang hayat nya Aku melihat ibu mu seperti jantung  yang berdetak karena kasih sayang Tumbuh karena aliran darah yang terus memberi kehidupan pada tubuhmu Berkunjung ke rumah mu, Aku melihat kaka mu seperti tangan dan kaki sebagai panutan membangun semua mimpi Yang mendasar hingga naik ke langit atas Menjelma menjadi sepasang sayap yang siap mengarungi luasnya kehidupan Berkunjung ke rumah mu Aku melihat mu  Menjadi rumahku selanjutnya H+2 Idul Fitri, 2016