Terbaik Tapi Terpisah

Salah satu hal sederhana dalam pengucapan namun sulit dalam penerapan adalah "yang terbaik dilihat  orang lain belum tentu baik pula untuk kita." aku sering memilih A, B, C , dan seterusnya karena menurutku itu baik untuk ku dapatkan, baik untuk ku jalani, baik pula untuk ku miliki. Hingga berbagai upaya dilakukan agar mendapatkan yang "terbaik" itu. 

Terbaik.
Ya, sungguh subjektif sekali kita sebagai manusia. Tahu apa sebenarnya dengan ukuran baik dan buruk jika tak berdasarkan perintah Tuhan? Tapi Tuhan memang Maha Baik, tak semua yang kita anggap baik, meski sudah diperjuangkan siang-malam, jatuh-bangun, tetap tidak bisa kita dapatkan atau sekedar menggenggam walau sebentar. Mungkin karna Tuhan sebenarnya  benar-benar tak mau sesuatu yang buruk menimpa kita di masa depan karena kita pernah menggenggam kenangan itu. Begitu saja khusnudzon nya :)

Termasuk dalam hal hubungan. Berapa ribu kali kita menyaksikan sendiri, atau mungkin juga adalah diri kita sendiri, melihat 2 pasang manusia paling cocok di dunia, hingga kita menjadi pendukung paling depan atas setiap jengkal perjalanan hubungan mereka. Banyak doa-doa yang tergambar dan tersampaikan kepada mereka (yang serasi itu). Berharap hubungan itu adalah hubungan fairy tale dengan akhir happily ever after.  Congkak sekali rasanya kalau kita bahkan adalah aktor itu sendiri. Menjadi produser scene kehidupan yang merencanakan tetap bersama A dan tak pernah terfikirkan untuk berpisah. Nyatanya sebagai aktor, apalah daya, rencana tinggal rencana. Tahu apa kita tentang rencana yang Maha Kuasa? Terkadang tak ada angin tak ada hujan, cinta penuh romansa itu akhirnya gagal juga, kandas juga, dan mereka akhirnya berpisah juga. Karena salah satu hal menyedihkan yang harus kamu ketahui adalah; perpisahan memang kadang tak memerlukan percekcokan. Berpisah ya berpisah saja. Takdir Tuhan berkata begitu.

Kemarin malam, hal itu menimpa temanku. entah di sosial media atau di dunia nyata rasanya baik baik saja, semua terkendali seperti banyak doa telah dikabulkan dan di aamiinkan semesta. Dan tiba-tiba saja mereka berakhir. Habis, tak menyisakan satu pun foto pasangan mereka di sosial media masing-masing. Entahlah kenangan seperti apa yang coba dilupakan dalam kehidupan nyata, tapi bagiku, aku paham betul, itu pasti susah. 1000% rasanya seperti ingin menangis, terbentur tembok kamar, lalu hilang ingatan. 

Tak perlu lah di tembaki pertanyaan "ko udahan, ko putus, ko selesai padahal ga ada apa-apa kemarin." Sungguh tak perlu. Tanpa sepengetahuan orang lain, mungkin mereka sedang mencoba membunuh tiap detik yang kemarin masih dilewati bersama,namun malam ini harus sendiri. Pulang lebih malam hanya agar tak menemui senja yang sama bersama pasangannya, tidur lebih cepat agar tak harus menunggu pesan singkat yang biasanya saling berbalas. Ah, sungguh. Tak perlu lah menjadi hakim dan produser kisah cinta dengan berkata " sayang banget padahal udah cocok. ya ampun ga nyangka harusnya kalo masih bareng taun depan udah halal." it sucks. really :'(

Pada akhirnya, cerita mereka biarkan mereka yang tahu. Kisah mereka biar mereka yang rasakan. Apa-apa yang menurut kita terbaik, belum tentu terbaik di masa depan. Pahami beratnya rasa rasa yang hilang dan "tak seperti dulu". Biarkan mereka mencari kepingan kebahagiaan yang lain itu. Untuk temanku dan seseorang yang pernah mengisi hatinya dan menjadi pasangan idaman banyak teman, hidupkanlah dirimu. Berat itu pasti, tapi jika dalam perjalanan berat itu ternyata hanya bisa ringan seperti dulu kalian masih bersama, berdoalah. bagian terbaik dari mencintai seseorang adalah menyebutkan namanya dalam doa. Tak bersama sekarang belum tentu tak bersama di masa depan dan selamanya. 

pun jika akhirnya tetap tidak bersama, jujurlah pada rasa cintamu :) 

tangeran, 05 Agustus 2017


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta tahu kemana arah pulang

Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode

Abis tren tukeran baju sama pacar, sekarang tren baju dicorat-coret. Besok tren apa lagi, Dek?