Perfeksionis

Selalu mencoba membuat kerangka dan capaian-capaian diri
Selalu berusaha mengikhtiarkan segala rencana menjadi nyata
Seringkali menganggap semua hal rumit itu bisa selesai sempurna.

Wanita Perfeksionis.
May be im kind of that woman.
Sebelum memulai kegiatan, aku selalu menulis apa-apa saja yang harus selesai ku kerjakan di hari itu. Apa saja yang harus terlaksana sesuai rencana. Apa saja list yang harus aku ceklis dengan tuntas di hari yang sama.

Karna rasa itu aku seringkali tidur lebih lama, mengerjakan lebih banyak hal dibanding yang lain. Seringkali mencapai lebih banyak atau lebih cepat dibanding yang lain.

Tapi,karena itu juga banyak hal yang mungkin saja lebih penting dari list ku harus dikesampingkan
Banyak hal yang sebenarnya bisa di kerjakan nanti malah menjadi prioritas ku dihari itu.

Menjadi orang yang kaku dengan aturan sendiri atau aturan orang lain kadang baik, kadang juga tidak.

Menjadi seorang wanita yang perfeksionis kadang memusingkan aku sendiri. Di satu sisi aku ingin semuanya berjalan sesuai rencana. Berjalan dengan lancar dan tertata. Tapi disisi lain, ada satu dua cerita yang membuat itu tidak bisa terlaksana sempurna. Dan ketika itu tidak berjalan sempurna, aku sering sekali menghardik diriku sendiri dan bertanya mengapa ini tidak berjalan sesuai rencana? Aku, yang kala itu menjadi wanita paling paling paling kaku dengan aturanku, merasa benci dengan semua kegagalan dan kesalahan. Baik yang dilakukan diriku atau orang lain. Karena ku rasa, aku sudah melakukan dan mengusahakan semaksimal mungkin.

Melelahkan. Aku menjadi orang yang mengatur banyak peristiwa di kepala. Ingin semua rencana berjalan lancar dan baik-baik saja.

Perfeksionis.
Itu aku, dulu.
Setelah banyaknya peristiwa dan pengalaman.
Aku semakin paham, hidup dengan rencana itu baik. Tapi memaksakan semua cerita seperti mau kita tentu tak baik. Dalam hal lain perfeksionis memang baik, tapi yang buruk haruslah di hilangkan.

Saat ini
Impianku tentu masih sama banyaknya
List hari-hariku tentu tak kurang jumlahnya.
Tapi aku tak ingin lagi menjadi si perfeksionis itu.
Aku lebih ingin menjadi yang lebih santai,menyikapi hal-hal dengan biasa saja.
Tidak berlebihan marahnya ketika ada hal yang tidak sesuai rencana

Tentu ini masih belajar.
Masih seringkali aku pulang larut malam karna tugas kantorku tak selesai
Meski itu bisa dikerjakan esok hari,aku tetap memaksa menyelesaikan dihari itu karna sudah menjadi list ku
Akibatnya, jam kerjaku jadi tak seharusnya. Besok di kerjakan pun sebetulnya tak apa. Tapi karena sifatku itu, aku menyiksa diri sendiri karena jam istirahat akhirnya ku pakai untuk memaksakan kehendakku.

Hidup seperti itu aku takut merugikan diri sendiri. Sedangkan jika hidup sewajarnya dan mengikhlaskan diri, banyak berusaha tapi juga berpasrah sepertinya lebih baik. Agar menghindari rasa kecewa akibat manusia. Setelah melewati banyak hari dan peristiwa, lebih baik pilih yang banyak membawa kebaikan untuk ku atau orang lain nantinya. Maka aku pasrahkan semua takdir kepada yang kuasa. Aku akan tetap berusaha, tapi tak ingin lagi memaksakan hasilnya seperti apa mauku. Karena itu melelahkan.

Perfeksionis.
Itu aku, dulu.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta tahu kemana arah pulang

Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode

Abis tren tukeran baju sama pacar, sekarang tren baju dicorat-coret. Besok tren apa lagi, Dek?