selamat(kan) hari wanita sedunia
Dalam rangka
memperingati hari wanita sedunia, maka izinkan saya merenung tentang para grand
ma-grand ma,emak-emak, mami-mami, ibu-ibu, gadis-gadis, cabe-cabe, ya apapun
itu yang mendeskripsikan ia perempuan (perempuan tulen loh ya, bukan yang
jadi-jadian *sensitif LGBT).
sebelum
melangkah lebih jauh tentang International Women Day (IWD), mari kita liat dulu
sejarahnya.berdasarkan http://duniabaca.com/sejarah-dan-makna-hari-perempuan-sedunia.html kurang
lebih begini lah asal mula IWD :
"1917:
Karena dua juta tentara Rusia terbunuh dalam perang, perempuan Rusia sekali
lagi turun kejalan pada hari minggu terakhir di bulan Februari menyerukan “Roti
dan Perdamaian”. Para pemimpin politik menentang unjuk rasa tersebut, tetapi
para perempuan ini tetap bertahan. Dan sejarah mencatat bahwa empat hari
kemudian, Czar (raja) turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak
perempuan untuk ikut serta dalam pemilu. Hari bersejarah itu jatuh pada tanggal
23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau tanggal 8 Maret
menurut kalender Gregorian (kalender Masehi yang juga kita gunakan). Dan sejak
saat itulah Hari Perempuan Sedunia diperingati pada hari yang sama oleh
perempuan di seluruh dunia.. - lebih jelasnya baca sendiri ya.
Teman-teman, mulia
sekali bukan sejarahnya? Dengan keinginan sederhana para wanita waktu itu hanya menuntut untuk
memperoleh hak suara yang sama dengan laki-laki. Nah sekarang, apa hasilnya? Wah banyak
sekali. Salah satunya, sampai 8 maret 2016 kemarin banyak seremoni-seremoni
seputar IWD baik dalam dunia nyata, atau dunia nya si Maya. Pokoknya banyak
deh. Demo kesetaraan hak dan tolak diskriminasi seperti yang dilansir oleh http://www.nu.or.id/post/read/58118/peringati-hari-perempuan-kopri-bandung-gelar-aksi sampai ke ranah yang lebih keren yakni http://www.unwomen.org/en/news/in-focus/international-womens-day semuanya bahas wanita, kesetaraan,
politik, ekonomi, pembangunan. Semuanya
semarak, meriah, heroik, penuh liputan media, wuih pokoke apik
tenan lah.
Sebenarnya,
kenapa ya sampai sekarang masih banyak diskriminasi hak terhadap wanita? Kenapa
ya masih banyak wanita yang disiksa? Kenapa ya masih banyak hal hal menyakitkan
terjadi pada kaum wanita? Untuk jelas nya saya kurang tau, tapi menurut analisis
random saya seperti ini:
1. Wanita terwariskan
untuk berada disektor domestik bukan publik.
Kenapa
terwariskan? Ya liat aja, dari zaman manusia masih berburu dan meramu (hunting
and gathering), tugas wanita adalah mengolah hasil buruan suaminya(yang pasti
laki-laki toh), berlanjut sampai zaman nenek-kakek kita. Kalau ada anggapan “Ah gak juga ko.
Nenekku cari uang juga.” Ada
2 faktor. Kakek anda sakit, telah tiada, kakek nenek workaholic, pendapatan
sang kakek kurang, atau si kakek sedikit menyimpang dari kewajibannya. Ya toh? Jadi pada hakekatnya, pria yang
mencari nafkah, berurusan dengan dunia luar. Wanita? Cukup menyuguhkan air
untuk tamu suaminya. Atau maksimal duduk disamping suaminya (itu juga kalo
anaknya anteng atau udah tidur).
2. Wanita adalah kaum
lemah, tak berdaya, butuh perlindungan, sedangkan pria pelindung, kaum kuat,
hero dsb.
Ini mungkin agak
bias gender. Tapi agak lucu
kan kalo liat si cewe payungin si cowo yang coba menutupi sling bag yang baru
aja beli di olshop? Nah, kalo menurut saya sendiri, saya sih sah-sah aja
payungin cowo. But our culture say
no, its not normally happend on us.
Ada lagi sih
tapi nanti kepanjangan. Lanjut ya. Nah sekarang dunia udah berputar beratus
tahun semenjak sejarah tercetusnya IWD. Beribu tahun semenjak berlalu nya masa hunting and gathering nya orang purba. Tapi jejak feodalisme
itu masih ada. Pria masih dianggap kaum atas dan wanita kaum bawah. Makanya,
sampai saat ini, meskipun sudah se-abad semenjak tercetusnya IWD, banyak yang
belum mengerti makna IWD.
Tapi punten pisan, terkadang saya merasa ada yang
janggal dari aksi aksi dan tuntutan yang dibuat kaum ini. Entah mereka bias
feminis, atau memang berangkat dari ideologi fenimisme. Saya juga kurang paham
sebenarnya apa yang menjadi batasan sebuah kelompok terjangkit fenimisme atau
terindikasi diskriminasi terhadap wanita.
Dalam
tuntutan-tuntutannya, disebutkan harus ada kesamaan hak suara dalam politik,
wanita harus diikut sertakan dalam pembangunan negara. Yang lucu, ada juga yang
mengatakan “wanita hanya mengurus anak tanpa imbalan, bekerja seharian tanpa
kenal lelah, dll.” Menurut
saya, itu sih salah suaminya, kenapa isteri yang begitu baik, solehah nan
berbakti pada kehidupan rumah tangganya tidak diberi nafkah yang cukup oleh si
suami?nah loh.
Selain itu,
tuntutan-tuntutan itu sebenarnya didasarkan akan kebutuhan semua wanita atau
segelintir wanita yang
memang ingin turut serta ke parlemen? Gak salah sih, saya juga mau kok jadi
walikota :)))) tapi
mbok yo realistis juga. Kalau nanti, semua wanita melek dan sadar, apa negara
siap mengadakan revolusi besar-besaran disemua bidang? Terus kalo semua wanita
orientasinya kerja, apa siap kalo berjuta berjuta keluarga menempatkan isteri yang
mencari nafkah dan pria yang mengurus anak?loh kan kesetaraan. kerja cewe cowo
sama :) Kok
mikir nya gitu sih mbak? Bukan
mikir gitu ko, tapi emang harus difikirin dan disiapin dari sekarang. Saya no
offense loh ya, but we’ll see gimana kalo para perempuan udah gila
kerja, gila jabatan, gila segala-gala. Jangan disalahin. Jangan.((soalnya wanita
baru gila shopping aja para pria udah kebakaran jenggot)).
To be honest, saya lebih suka adanya sikap
memanusiakan manusia. Ya bukan lepas
dari mengaitkan pria-wanita. Sederhananya, menurut saya definisi adil dan
menyamaratakan itu totally different. Kalau adil, bisa menempatkan
sebagaimana mestinya. Tetap ada pembedaan hak dan kewajiban antara laki-laki
dan perempuan. Karena memang baik fisik maupun mental wanita dan laki-laki itu
berbeda. Adil itu tidak mengabaikan hal baik yang ada untuk kebaikan masa
depan. Tetap menciptkan toleransi antara kemampuan perempuan dan laki-laki. Kalau konteksnya
menyamaratakan ya semua sama. Semua bebas, jangan ada embel-embel wanita gak
boleh kerja jadi kuli, wanita harus dikasih tempat khusus dikereta, wanita
diwajarkan nangis, wanita harus dilindungi. Yah itu sih masih membedakan pria
wanita. Ini juga sebenarnya menyambung tentang feminis itu sendiri. Para
feminisme itu menuntut kesetaraan, tapi sebenernya keseteraan yang bagaimana?
Toh tetap ingin wanita dilindungi bukan melindungi bukan? Apa mau jika jatah
libur melahirkan dari perusahaan Cuma dikasih seminggu? Nda toh?
Mari
bersama-sama meninjau ulang. Apa yang sebenarnya kita inginkan untuk
kemaslahatan kehidupan kita? Apa ketika wanita telah mendapatkan kursi-kursi
empuk nan mahal diparlemen, lantas gak ada wanita yang terdiskriminasi lagi?
apa ketika para ibu bekerja, sang anak lantas bahagia? Apa ketika wanita turut
andil dalam pembangunan, keluarga nya lantas terjamin kekayaan rohani nya?(orientasinya diri atau kehidupan dimasa yang akan datang ya?) saya gak bilang wanita tidak diperkenankan bekerja ya, tapi lebih baik ada keseimbangan peran wanita sebagai ibu dan sebagai pekerja. sebab, apa tega membiarkan anak kita diasuh full sama si mbok sedangkan ibu kandung nya "sibuk" dengan urusan lain? nah ini yang menurut saya seharusnya diperjuangkan. bukan kebebasan "no bra" demi disamakan dengan pria. hm :'')
Saya lebih suka
kita (kaum perempuan) belajar memuliakan diri, saling tolong menolong, membuang
embel embel barang branded demi gengsi sama genk arisannya. Saya lebih
memimpikan adanya keadilan dan kesadaran akan hak dan kewajiban pria dan
wanita dari semua pihak, bukan kesetaraan utuh. Karena saya tetap butuh perlindungan pria, tetap
ingin diberi jatah libur melahirkan lebih lama, tetap ingin dijauhkan dari
kegiatan-kegiatan berat yang hanya bisa dilakukan pria. Saya juga lebih
memimpikan perempuan-perempuan dimanapun berada, tidak dieksploitasi tubuhnya, melainkan akal pikirannya&dipenuhi hak haknya sebagai wanita merdeka didunia. Cause if we all think
about it deeply, serously we can heal the world. #tsah.
Terakhir,
selamat hari wanita sedunia. Semoga semakin banyak wanita yang
pintar&bijaksana, bukan yang sekedar bisa gaya (HAHAHA).
Komentar
Posting Komentar